Rabu, 14 Maret 2018

Ayam Berangasan Asem Kadewatan Yang Selalu Bikin Kangen

Posted by Unknown on Rabu, 14 Maret 2018

Foto: detikcomFoto: detikcom

Ubud - Sajian berangasan asem ayam khas Ubud ini terkenal di kalangan turis lokal. Rasa pedas gurih ayam ini saat disuap dengan nasi putih, sungguh sedap tak terlupakan.

Di Jalan Raya Kadewatan, erat Ubud, ada satu ruas jalan yang hampir selalu macet sepanjang hari. Terlalu banyak mobil-mobil yang parkir di kedua sisi jalan. Maklum, di situ ternyata ada tiga warung makan yang terkenal dengan sajian yang terkenal dengan sebutan "nasi ayam kadewatan".

Salah satunya, yang paling populer, yaitu Warung Ibu Mangku. Tetapi, saya sendiri lebih menyukai sajian Warung Mardika - terutama alasannya yaitu Mardika punya dua pilihan jenis ayam: yaitu ayam berangasan asem dan ayam betutu.

Ayam Garang Asem Kadewatan yang Selalu Bikin KangenFoto: detikcom

Yang disebut "nasi ayam kadewatan" itu secara nomenklatur memang berjulukan Ayam Garang Asem. Masakan tanpa santan yang sangat gurih, dengan tone pedas dan asam yang sanggup diadaptasi berdasarkan selera masing-masing. Sajiannya tampak berminyak alasannya yaitu proses memasak yang lama, sehingga lemak kulit ayam meleleh menjadi minyak.

Ayam Garang Asem merupakan sebuah nama yang cukup membingungkan, dan sekaligus pertanda diperlukannya standarisasi dalam makanan Indonesia. Di Pekalongan, berangasan asem yaitu makanan daging sapi berkuah kluwek yang di Jawa Timur lazim disebut rawon.

Ayam Garang Asem Kadewatan yang Selalu Bikin KangenFoto: detikcom

Di Jawa Tengah, pada umumnya berangasan asem yaitu kepingan ayam yang dibungkus daun pisang dengan bumbu cabai rawit dan blimbing wuluh atau tomat hijau, kemudian dikukus. Ada versi yang tanpa santan, ada yang pakai santan, bahkan ada pula yang menggunakan telur ayam. Di Tuban, Jawa Timur, berangasan asem biasanya dibentuk dari ikan dengan bumbu pedas gurih. Ayam Garang Asem khas Bali ini sangat menyerupai dengan bumbu Ikan Garang Asem dari Tuban.

Nuansa utama citarasanya yaitu gurih dan pedas. Hint rasa asamnya hanya muncul tipis di latar belakang. Aroma masakannya harum. Keharuman ini yaitu hasil dari kelengkapan resep yang dilengkapi base wangen (bumbu harum) yang terdiri atas cabai bun (di Jawa disebut cabai puyang), wijen, ketumbar, merica, dan biji pala. Base wangen ini menyerupai konsep makanan Tionghoa yang mengenal go hiong (five spices, lima bumbu harum, yaitu: merica, cengkeh, pekak atau bunga lawang, ketumbar, dan kayu manis) yang digunakan dalam banyak sekali makanan daging.

Pemasakan dilakukan selama dua jam dengan api sedang untuk menghasilkan daging yang empuk dan bumbu-bumbu yang meresap ke dalam serat-serat daging ayam.

Ayam Garang Asem Kadewatan yang Selalu Bikin KangenFoto: detikcom

Di masa lalu, bumbu berangasan asem ini khusus digunakan untuk memasak ayam andal yang kalah aduan. Namanya ayam cundang. Maklum, alasannya yaitu daging ayam andal sangat berotot, dibutuhkan waktu memasak yang sangat usang - dengan api kecil - biar dagingnya sanggup empuk. Sekarang, kalau menunggu ayam andal pecundang yang kalah dalam tajen (adu ayam tradisional Bali), tentulah tidak akan cukup untuk memenuhi undangan konsumen.

Ayam Garang Asem biasanya disajikan dengan sambal matah, kacang goreng, usus ayam goreng, sate lilit ayam, dan makanan sayur - menyerupai misalnya: plecing, lawar, atau urap.

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar